KASIH SAYANG IBU DAN KECERDASAN ANAK


“Bu…. Aku berangkat ya …. Hari ini aku mau ulangan matematika, doain aku ya bu…..” teriak  Amanda

“Ya sayang, semoga dapat yang terbaik dan selalui dimudahkan oleh Allah SWT ya…. “ jawab si ibu

Beberapa hari kemudian, pulang sekolah jam 15.45.

“ Bu…… Ibu….. ulangan matematikaku yang kemarin dapat 100 , bu…” teriak Amanda

“Alhamdulillah………” penuh syukur ucap si ibu..

Ingatkah Anda pada saat Anda menghadapi ujian di sekolah. Suasana hati sangat mempengaruhi semangat kita belajar. Bila suasana hati kita sedang baik dan bahagia, maka kita akan lebih bersemangat dalam belajar, sehingga apa yang kita pelajari lebih mudah diserap oleh otak.

Tentunya, hal ini juga akan sangat mempengaruhi perkembangan otak atau kecerdasan anak. Lalu apa kiat-kiat kita sebagai orang tua, supaya buah hati kita terpenuhi kebutuhan kasih sayangnya dan tentu saja supaya buah hati kita bisa menjadi anak yang cerdas di kemudian hari.

1. Ciuman, pelukan, dan belaian.

Seorang psikolog mengatakan bahwa ciuman, pelukan, dan belaian adalah bentuk penghargaan terhadap anak. Dengan begitu, dia akan merasa sangat dihargai oleh orang tuanya, dan memacunya untuk melakukan hal positif.

2. Pujian

Sebagai orang dewasa, kita sering membaca buku-buku motivasi atau menyaksikan acara-acara TV atau seminar-seminar tentang motivasi. Namun satu hal yang sama-sama dibutuhkan setiap manusia segala usia adalah motivasi. Agar anak semakin termotivasi untuk belajar, berikanlah pujian-pujian dengan apa yang telah dia lakukan. Pujian sangat berarti agar dia bisa mengembangkan diri .

3. Hindari larangan

Bila anak  mulai melakukan hal-hal yang tidak baik, misalnya membuang sampah sembarangan, hindarilah melarang anak melakukannya, Kita bisa menggantikannya dengan kata-kata yang lembut dan mendidik.

Misalnya,”Sayang…. Kalau buang sampah bukan di sana. Tapi di sini. Ini namanya tempat sampah.”
Bila perlu anda mengambil tempat sampah Anda, dan membawanya lebih dekat kepada anak, supaya dia bisa belajar cara membuang sampah yang baik. Coba Anda bayangkan, bila Anda hanya mengatakan,”Jangan buang sampah sembarangan!” Lalu anda sendiri yang mengambil sampah tersebut dan membuangnya. Pelajaran apa yang didapat dari sang anak? Tidak ada. Hanya rasa takut.

4. Ajak bicara dengan suara lembut

 Coba anda perhatikan anak-anak yang cerdas yang pernah ditampilkan di TV. Mereka berbicara dengan penuh ekspresi dan intonasi yang baik. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan pengajaran yang diberikan oleh kedua orang tua mereka dalam kehidupan sehari-hari. Suara orang tua, terutama suara seorang ibu, adalah suara favorit buah hati Anda yang pasti akan ditirukan oleh buah hati Anda. Maka, sebaiknya hindari kata-kata dan intonasi yang kasar, karena bukan hal yang tidak mungkin bila buah hati anda akan menirukannya.

5. Cerdas Memberikan Tanggapan

Kita tentu ingin buah hati kita menjadi anak yang cerdas. Maka kita pun harus menjadi orang tua yang cerdas. Bukan hanya cerdas dalam pengetahuan yang bisa kita dapatkan dari berbagai media, namun juga cerdas dalam menanggapi kebutuhan anak. Agar kita bisa menjadi orang tua yang cerdas dalam menanggapi kebutuhan anak, maka kita perlu memahami buah hati kita.

Untuk bisa memahami apa yang menjadi kebutuhan buah hati kita, dan kapan buah hati kita membutuhkannya, tentu membutuhkan sebuah hubungan emosional yang baik. Dan supaya hubungan emosional itu bisa terjalin dengan baik, buah hati Anda sangat membutuhkan waktu Anda bersamanya. Hal ini sangat penting, agar buah hati kita bisa mudah menjalin hubungan dengan orang lain (hubungan social). Karena nantinya pelajaran dan pengalaman yang didapat dari buah hati Anda tidak hanya melalui orang tua, namun juga orang lain.

6. Menjadi Teladan

Seorang anak belajar dari berbagai macam indra. Salah satunya adalah melalui indra penglihatan. Maka jadilah teladan yang baik dari buah hati Anda. Apa yang selama ini Anda ajarkan haruslah sesuai dengan apa yang dilihatnya. Bila anda rajin merapikan tempat tidur Anda, maka anda pun telah mendidik buah hati Anda untuk bisa menjaga kebersihan.

7. Pentingnya berpetualang

Berpetualang dalam hal ini tentu saja bukan dengan mengajak buah hati kita pergi mendaki gunung atau mengarungi samudra. Namun Anda bisa melakukannya di lingkungan terdekat anda. Hal ini sangat penting agar buah hati kita tidak hanya belajar dari satu lingkungan saja (di dalam rumah), atau tidak hanya jalan-jalan di mall. Anda bisa mengajak buah hati anda untuk jalan-jalan di pagi hari (agar buah hati anda bisa merasakan kesejukan yang alami / tidak dari AC dan mendapatkan sinar ultraviolet dari matahari yang mengandung vitamin D, mengajaknya pergi ke taman (agar bisa mengenal berbagai macam tumbuhan), mengajaknya mengikuti acara-acara keagamaan, mengajaknya berenang (tentu dengan penjagaan dari orang tua), dan masih banyak hal lagi. Hal ini sangat penting, agar buah hati anda terlatih untuk bisa menyesuaikan diri di segala suasana dan cuaca.

8. Permainan Yang Edukatif

Banyak sekali mainan yang bisa kita temukan di toko mainan. Usahakan untuk memilih mainan yang mendidik, yang bisa membuat anak belajar melalui indra penglihatan, pendengaran, dan perasa, dan pengacap(beskata-kata), agar anak bisa memiliki kecardasan majemuk melalui pembelajaran dari semua indra yang dimiliki. Dalam hal ini, memang sangat membutuhkan kreatifitas anda sebagai orang tua. Karena dengan sebuah bola berwarna merah pun, anda bisa melatih buah hati anda tentang bentuk (dengan mengucapkan, meraba, dan melihat), warna (dengan melihat, mendengar, dan mengucapkannya), dan manfaat-manfaat lainnya.

9. Membacakan Dongeng

Bacakan buku dongeng yang bergambar dan berwarna. Untuk ukuran bayi, tidak perlu cerita yang menarik dan rumit. Karena yang terpenting adalah gambar yang menarik, dan dari segi cerita, Andalah yang bisa membuatnya menjadi menarik. Gambar seekor burung pun bisa menjadi sesuatu yang menarik, bila dituturkan dengan cara yang menarik (intonasi yang baik, mengajak berinteraksi, suara yang jelas, dan pengembangan cerita yang baik).

Misalnya dengan bertanya,”Burung kalau terbang di mana?” Lalu anda bisa bercerita,”Di sebuah daerah yang bernama Papua, ada seekor burung yang indah, namanya burung cendrawasi. Eh… Ada juga lho burung yang pinter niruin suara orang. Namanya burung Kakak Tua. Hayoo… Burung apa tadi namanya?” Ayo orang tua, kembangkan imajinasi Anda untuk mencerdaskan buah hati anda.

10. Mendengarkan musik

Hampir setiap insan di dunia ini menggemari musik. Dengan berbagai macam manfaatnya, setiap orang cenderung membutuhkan musik (saat menulis artikel ini pun saya mendengarkan musik). Begitu juga dengan buah hati Anda. Mereka sangat membutuhkan musik, bukan hanya untuk meninabobokkan buah hati anda, namun secara tidak langsung, musik juga bisa membawa efek positif bagi otak kanan dan kiri bayi. Dengan mendengarkan musik proses belajar yang dilakukan buah hati anda pun, akan menjadi lebih mudah. Akan lebih baik lagi bila musiik-musik tersebut mengandung nilai moral dan pendidikan. Buah hati anda pun butuh suasana yang romantis bersama anda, orang tua, untuk mereka bisa merasakan kedamaian saat belajar.

CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)


Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan. Sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajardan cenderung mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL).

Berawal dari sebuah pandangan baru tentang pendidikan, setelah beberapa pakar ilmu pengetahuan memiliki persepsi yang sama dalam bidangnya. Satu contoh, ahli fisika teoretis dan kosmologi, Brian Swimme  dan Tomas Berry, serta ahli biologi Lynn Margulis dan Dorion Sagan, mereka sepakat, ada keterikatan hubungan-hubungan dalam sebuah keberadaan.

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001).

Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.

Jika pendidikan tradisional menekankan pada panguasaan dan manipulasi isi, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka dapat diperoleh pandangan baru pula. Yakni, ketika para siswa mengetahui isi, maka akan lebih baik lagi jika bagian-bagian sebagai dasar tersebut di kontekstualisasikan. Sehingga hubungan antara bagian-bagian inilah yang nantinya para siswa mendapatkan makna dan pengetahuan yang lebih jauh.

Dalam buku Contextual Teaching and Learning, mendefinisi CTL sebagai,

“sebuah sistem yang menyeluruh. CTL, terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah”

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa CTL merupakan konsep pengajaran dan pembelajaran, dimana guru dituntut untuk mengkontekstualisasikan materi ajarnya, dengan pengetahuan peserta didik.
Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:

1.    Konstruktivisme (Constructivisme)
2.    Menemukan (inquiry),
3.    Bertanya (Questioning),
4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
5.    Pemodelan (Modelling)
6.    Refleksi (Reflection)
7.    Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) 

Adapun karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu: 
1.    Adanya kerja sama,  sharing  dengan teman dan saling menunjang 
2.    Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif 
3.    Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber 
4.    Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa misalnya: peta, gambar, diagram
5.    Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum.

Tiga Prinsip Ilmiah dalam CTL

1.      Prinsip Kesaling-bergantungan dan CTL

Prinsip Kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lain, dengan siswa mereka, dengan masyarakat, bahkan dengan bumi. Prinsip ini meminta mereka membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan. Begitu pula, prinsip ini mengajak para siswa untuk saling bekerja sama, sehingga mereka terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana,  dan mencari pemecahan masalah.

2.      Prinsip Diferensiasi dan CTL

Kata Diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, berlimpahan, dan keunikan.

Jika para pendidik bahwa prinsip Diferensiasi yang dinamis ini meliputi dan mempengaruhi bumi dan semua sistem kehidupan, maka mereka pasti ingin mengajar sesuai prinsip tersebut.  Dengan menyadari prinsip ini, maka para pendidik akan meniru sasaran prinsip ini menuju kreatifitas, keunikan, keragaman dan keragaman.

Selain memungkinkan adanya keunikan, keragaman, dan kreatifitas, prinsip diferensasi juga mengajak pada kerja sama. Prinsip yang memungkinkan para siswa untuk bersatu dan bekerja samadalam pencarian makna, pengertian dan pandangan baru.

3.      Prinsip Pengaturan-Diri dan CTL

Prinsip pengaturan-diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip itu, sistem CTL menolong para siswa untuk mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan karier, dan mengembangkan karakter  dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan  pengalaman serta pribadinya.

CTL (Contextual Teaching and Learning), merupakan konsep pengajaran dan pembelajaran yang masih baru. Memang berbeda dengan konsep pengajaran tradisional yang menjadikan siswa sebagai penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individu, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. Maka dalam CTL, kita menemukan sesuatu yang berbeda. Konsep ini menempatkan Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan.

Daftar Pustaka
B. Johnson, Elaine,   2007. Contextual Teaching and Learning, menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna. Cet. II. MLC ledaakn diri anda ; Bandung.

EFEKTIVITAS BELAJAR DAN DISPOSISI ANAK


Agar bisa menentukan cara belajar yang efektif, Anda perlu mengetahui disposisi anak. Atau cara anak menunjukkan dunianya. So seperti apakah disposisi anak Anda? Ada baiknya simak penjelasan di bawah dan lihat mana yang sesuai dengan anak Anda.

a. Performer (seperti artis)
Anak performer senang jadi pusat perhatian dan spontan, aktif, kompetitif, suka tantangan dan suka adu argument dengan orang tua, suka pelajaran yang fun, yang menyenangkan, dan relevan dengan kehidupannya sehari-hari, pelajaran harus bervariasi dan sebisa mungkin libatkan mereka untuk terjun langsung dalam belajar (hands on), disebut anak-anak sulit atau bandel di sekolah. cara untuk mengajari anak-anak yang seperti ini:

1.    Beri materi-materi yang singkat dan to the point.
2.    Mereka senang dan responsif jika belajar dengan game ataupun manipulatif.
3.    Mereka butuh waktu yang bebas.

Melalui pengembangan bakatnya. Dengan demikian kita telah memberikan media di mana mereka bisa tampil dan berkata,” Inilah aku!”

b. Produser
Membahas anak yang paling disayang oleh guru dan orang tua. Kalau Anda memiliki anak seperti ini rasanya tenang sekali. Ia tertib, rajin, fokus, rapi, tertib, suka membuat rencana dan aturan atau hal-hal terstruktur. Anak-anak ini sangat produktif, otomatis tanpa harus diingatkan dan ia siap. Menurut penelitian, anak-anak tipe ini hanya ada 8% - 16% dari keseluruhan populasi sebuah kelas.

c. Penemu
Bu, ini apa? Yah ini apa? Pak Guru, kok ini begini? Pak Guru kok jadinya seperti ini?
Gubrak! Duh Ayah, Bunda, Pak,Bu Guru ”jangan berasap ” dulu ya kalo ada anak yang seperti ini kemanapun kita melangkah dia akan mengikuti kita dengan pertanyaan yang bikin mumet dan kadang diulang-ulang.... sabar..... sabar......... Anak ini anak yang cerdas. Banyak bertanya dan tangannya terampil, suka otak-atik. Ia suka menyendiri, suka berpikir secara konkrit, memecahkan masalah sehari-hari (riil) mereka bagus sekali, butuh stimulus intelektual, perlu diajak bicara cukup ‘tinggi’ pada level pengetahuannya. Orang tua dan guru  perlu memberi kesempatan agar mereka bisa menyumbangkan kemampuan mereka.

d. Pencipta dan pemikir
”Kinan, coba simpan dulu tempat pensilnya dilaci ya ... perhatikan dulu yang ibu sampaikan, agar kamu mengerti materi ini ” ( sambil bersungut-sungut Kinan memasukkan tempat pensilnya ke laci......) 5 menit kemudian .... ”Kinan, ayo perhatikan dulu, letakkan dulu pensil dan penghapusnya....”    duuuuhhhh.....

Anak-anak ini memiliki imajinasi yang tinggi, sering melamun, anak pencipta suka berpikir abstrak. Anak pencipta dan pemikir juga senang bertanya dan terbuka dengan ide yang baru. Perlu penyaluran ide-ide baru yang diciptakannya, dia butuh waktu untuk menyendiri. Jangan beri jadwal yang terlalu padat. Karena sebaik apapun jadwal yang anda berikan akan sering kali tidak  dapat di jalani dengan baik.

e. Sosial dan Inspirator
Individu yang bersifat sosial dan yang memberi inspirasi bagi lingkungannya, paham dan peduli dengan perasaan orang lain, adil, penolong, rela berkorban, sangat efektif bekerja dalam kelompok karena tidak egois. Anak ini menciptakan kerjasama dalam kelompok dan biasanya menjadi leader. Ajari dia untuk tidak terlalu larut dalam menolong orang itu.