CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)


Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan. Sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajardan cenderung mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL).

Berawal dari sebuah pandangan baru tentang pendidikan, setelah beberapa pakar ilmu pengetahuan memiliki persepsi yang sama dalam bidangnya. Satu contoh, ahli fisika teoretis dan kosmologi, Brian Swimme  dan Tomas Berry, serta ahli biologi Lynn Margulis dan Dorion Sagan, mereka sepakat, ada keterikatan hubungan-hubungan dalam sebuah keberadaan.

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001).

Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.

Jika pendidikan tradisional menekankan pada panguasaan dan manipulasi isi, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka dapat diperoleh pandangan baru pula. Yakni, ketika para siswa mengetahui isi, maka akan lebih baik lagi jika bagian-bagian sebagai dasar tersebut di kontekstualisasikan. Sehingga hubungan antara bagian-bagian inilah yang nantinya para siswa mendapatkan makna dan pengetahuan yang lebih jauh.

Dalam buku Contextual Teaching and Learning, mendefinisi CTL sebagai,

“sebuah sistem yang menyeluruh. CTL, terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah”

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa CTL merupakan konsep pengajaran dan pembelajaran, dimana guru dituntut untuk mengkontekstualisasikan materi ajarnya, dengan pengetahuan peserta didik.
Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:

1.    Konstruktivisme (Constructivisme)
2.    Menemukan (inquiry),
3.    Bertanya (Questioning),
4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
5.    Pemodelan (Modelling)
6.    Refleksi (Reflection)
7.    Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) 

Adapun karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu: 
1.    Adanya kerja sama,  sharing  dengan teman dan saling menunjang 
2.    Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif 
3.    Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber 
4.    Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa misalnya: peta, gambar, diagram
5.    Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum.

Tiga Prinsip Ilmiah dalam CTL

1.      Prinsip Kesaling-bergantungan dan CTL

Prinsip Kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lain, dengan siswa mereka, dengan masyarakat, bahkan dengan bumi. Prinsip ini meminta mereka membangun hubungan dalam semua yang mereka lakukan. Begitu pula, prinsip ini mengajak para siswa untuk saling bekerja sama, sehingga mereka terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana,  dan mencari pemecahan masalah.

2.      Prinsip Diferensiasi dan CTL

Kata Diferensiasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, perbedaan, berlimpahan, dan keunikan.

Jika para pendidik bahwa prinsip Diferensiasi yang dinamis ini meliputi dan mempengaruhi bumi dan semua sistem kehidupan, maka mereka pasti ingin mengajar sesuai prinsip tersebut.  Dengan menyadari prinsip ini, maka para pendidik akan meniru sasaran prinsip ini menuju kreatifitas, keunikan, keragaman dan keragaman.

Selain memungkinkan adanya keunikan, keragaman, dan kreatifitas, prinsip diferensasi juga mengajak pada kerja sama. Prinsip yang memungkinkan para siswa untuk bersatu dan bekerja samadalam pencarian makna, pengertian dan pandangan baru.

3.      Prinsip Pengaturan-Diri dan CTL

Prinsip pengaturan-diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip itu, sistem CTL menolong para siswa untuk mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan karier, dan mengembangkan karakter  dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan  pengalaman serta pribadinya.

CTL (Contextual Teaching and Learning), merupakan konsep pengajaran dan pembelajaran yang masih baru. Memang berbeda dengan konsep pengajaran tradisional yang menjadikan siswa sebagai penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individu, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. Maka dalam CTL, kita menemukan sesuatu yang berbeda. Konsep ini menempatkan Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan.

Daftar Pustaka
B. Johnson, Elaine,   2007. Contextual Teaching and Learning, menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna. Cet. II. MLC ledaakn diri anda ; Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar