MEMOTIVASI BELAJAR ANAK (KELAS 1 – 3 SD)


“Duuuuh tobat…. Gimana caranya ya agar Andhif mau belajar tanpa disuruh?”
“Grrrrrrrr…..!” (lho kok menggeram….. kayak…..xixixixi)
“Ya ampyuuuun…. Masih nonton TV juga…. Kapan belajarnya? Besok ulangan…..!” (*murka.com)
Mungkin kita sering sekali mengucapkan kalimat-kalimat yang bunyinya berbeda tapi intinya sama= anak kita susaaaaaaaah sekali disuruh belajar!
Mmmmmh… kenapa ya?
“Anak saya ini nggak punya motivasi belajar!”
“Motivasi belajarnya kurang!”
“Belum mempunyai motivasi untuk maju!”
Motivasi, motivasi, motivasi. Apa sih sebenarnya motivasi itu?

Dalam kamus praktis ilmiah populer dijelaskan bahwa motivasi adalah dorongan (dengan sokongan moril), alasan, tujuan tindakan. Motivasi merupakan perilaku yang ditujukan kepada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan yang berkaitan erat dengan kepuasan pekerja.

Sedangkan pengertian motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna suatu pencapaian tujuan.

Jadi? Ya sesungguhnya semua manusia mempunyai motivasi untuk mendapatkan hasil tertentu. Hanya saja untuk anak-anak kadang kadang motivasi harus dibangkitkan terlebih dahulu.... terutama untukmotivasi belajar.

Mengapa? Karena pada hakekatnya pada usia tertentu anak masih mempunyai kecenderungan bermain lebih banyak dari pada belajar. Sudah menjadi kodrat.

Tapi, tentu saja dengan tuntutan jaman yang membuat orang harus mempertinggi daya  juang untuk mencapai prestasi. Kita sebagai orang tua juga tidak boleh berleha-leha dan akhirnya menjadi lengah dalam memotivasi anak.

Memotivasi anak untuk belajar berbeda-beda menurut usianya. Di tingkat SD,   ada pengelompokkan dalam dua kategori, yaitu:

1.    Kelas rendah (kelas 1-3 SD)
2.    Kelas atas (kelas 4-6 SD), masing masing kelompok memiliki karakter dan cirri-ciri yang berbeda.

Klas 1-3 SD
Anak-anak di kelas bawah masih memasuki masa transisi dari taman kanak-kanak yang aktivitas belajarnya dilakukan sambil bermain ke jenjang sekolah dasar yang lebih formal. Kondisi ini ,menuntut mereka  untuk banyak berada dalam dalam kelas dan duduk tenang memperhatikan penjelasan guru serta mengerjakan tugas-tugas.

“Bisa ngga sih ?? “ tanya seorang Ibu
“ Bisa saja sih”, jawab saya

Tapi tuntutan tersebut tentu saja menyulitkan karena sebenarnya murid-murid kelas rendah masih dalam usia bermain. Sayang seribu sayang dengan alasan tuntutan masa sekarang dalam meraih prestai,  banyak orang tua, bahkan guru, melupakan ciri khas usia ini.

“Anak kelas 1-3   belum bisa diharapkan duduk lama karena rentang perhatiannya maksimal sekitar 15-25 menit sajauntuk kemudian beralih ke lain topik. Jadi sebetulnya bila dikelas ada anak yang kerjanya “bersilaturahmi” mengunjungi bangku kawannya “arisan dikelompok lain”  sebetulnya mereka bukan nakal kalau enggak bisa diam di kelas itu sudah menjadi kecenderungan mereka.

“Lha terus gimana dunk? Khan ngga bisa kita terpaku pada kodrat saja. Gimana cara memotivasi anak tanpa melupakan kodrat dan juga hak mereka sebagai anak-anak?”tanya seorang orang tua murid.

Yah kita sebagai orang tua, guru, musti bisa memotivasi anak kita agar mau belajar

Caranya?

Berkaitan dengan masa transisi ini pula, seperti  orang tua mesti peka. Pahamilah bahwa perubahan-perubahan dari TK ke SD sering membuat murid kelas rendah “ketakutan”.
agar anak dapat melalui masa transisinya dengan mulus, orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi belajar yang pas menurut ciri khas anak usia kelas 1-3 SD atau kurang lebih 6-8 tahun. Inilah pokok-pokoknya:

Belajar sambil bermain
Pada prinsipnya hampir sama dengan  cara belajar anak TK. Namun untuk anak SD alihkan ke cara bermain yang lebih membangun. “Tolong ambilkan Ayah 5 kue, dong. Nah, di tangan adek sudah ada 1 kue. Jadi,ayah sekarang punya berapa kue??

Suasana belajar pun tak perlu harus serius. Jadi tak selalu harus belajar di  meja belajar, bisa juga sambil duduk di karpet.

Manfaatkan PR
 Sampai saat ini Pekerjaan Rumah (PR) untuk murid kelas rendah masih menjadi pro-kontra. Namun selama tidak berlebihan, sebenarnya PR sangat banyak memberi manfaat. Salah satunya untuk mengulang sedikit pelajaran yang sudah didapat anak di sekolah juga membuat Ayah dan Bunda tahu sampai dimana Ananda menerima pelajaran (sssst…… ini mah hanya berlaku bagi ayah dan bunda yang selalu menyempatkan diri sesibuk apapun untuk senantiasa mengikuti apa saja yang dilakukan ananda  J).  

Masalah timbul kalau anak sering dijejali PR. Inilah yang sering menjadi beban bagi anak. Kalau pun kejadiannya seperti ini, libatkan diri Ayah dan Bunda saat ananda belajar dan mengerjakan PR . Tapi bukan ayah dan bunda yang memberi  jawaban.

SUPPORT lah selalu malaikat kecil kita
Support/ dukungan  sangat  diperlukan, terutama saat anak menghadapi masa-masa sulit di sekolah. Bentuknya bisa sangat sederhana, tapi harus manis. Misalnya ketika anak memperoleh nilai buruk, kita tidak marah yang berkepanjangan dan memvonis anak kita sebagai anak bodoh.  tolol dan lainnya

Lebih baik, luangkan waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan anak. “Sebagai awal, orang tua perlu mencari tahu perasaan anak ketika memperoleh nilai 50. Apakah ia kecewa, sedih atau biasa-biasa saja, karena jangan-jangan ia tidak mengerti bahwa nilai 50 itu berarti kurang.” Lalu tetaplah beri dukungan. “Untuk hari ini enggak apa-apa dapat 50. Kamu bisa dapat nilai yang lebih baik di ulangan berikutnya, tapi kamu harus belajar.”

Jadilah model  
Ini berarti orang tua jangan sampai terlihat santai saat anak sedang belajar. “Misalnya, ketika sedang mengerjakan PR anak melihat ibunya menonton televisi dan ayahnya tidur. Bisa-bisa anak merasa diperlakukan tidak adil. ‘Ih, ayah, kok, bisa tidur sedangkan aku harus belajar?" Akan lebih baik bila saat anak belajar, orang tua juga tampak “belajar”, seperti menemani anak sambil membaca koran atau buku. Dengan begitu anak akan mendapat panutan.

Tetapkan jam belajar
Misalnya, dari jam 5 sampai 7 disepakati sebagai jadwal belajar anak. Namun, jadwal harus dibuat dengan mempertimbangkan jam sekolahnya. Berilah ia waktu untuk berisitirahat sebelum waktu belajar. Saat waktunya belajar, anak harus diberi pengertian bahwa rentang waktu itu harus diisi hanya untuk kegiatan belajar. Artinya ia tidak nonton teve, tidak mendengarkan radio, atau tidak bermain playstation


KRITERIA UNDERACHIEVER

Underachiver banyak dialami oleh siswa berbakat akademik. Mereka menunjukan prestasi yang tidak sesuai dengan tingkat (IQ) yang sebenarnya.

Pengklasifikasian IQ dalam penelitian ini berdasarkan pada tes intelegensi ”Wechsler Intelligence Scale for Children” yang sering dikenal tes intelegensi WISC. Tes intelegensi ini merupakan perkembangan dari tes integensi ”Wechsler Bellevue Intelligence Scale yang diciptakan David Wechsler pada tahun 1939. Distribusi IQ yang gunakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Distribusi IQ
IQ
KLASIFIKASI
> 130
Sangat Superior
120 – 129
Superior
110 – 119
Rata-rata Tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata Rendah
70 – 79
Batas Lemah Mental
≤ 69
Lemah Mental

Berdasarkan penilaian sistem belajar tuntas, maka siswa dikatakan lulus jika memperoleh nilai 6 pada skala 0-10 atau 60 pada skala 0-100. Siswa berbakat akademik seharusnya tidak cukup hanya memperoleh nilai minimal kelulusan. Mereka hendaknya mampu berprestasi sesuai dengan tingkat IQ yang tinggi. Penulis membandingkan prestasi siswa dengan hasil tes IQ untuk mengidentifikasi underachiever. Batasan yang digunakan penulis terangkum pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 Pedoman Pengkategorian Underachiever
NO
IQ
KLASIFIKASI
PRESTASI MINIMAL
1
> 130
Sangat Superior
9
2
120 – 129
Superior
8
3
110 – 119
Rata-rata Tinggi
7
4
90 – 109
Rata-rata
6
5
80 – 89
Rata-rata Rendah

6
70 – 79
Batas Lemah Mental

7
≤ 69
Lemah Mental


Seseorang yang mengalami underachievement pada umumnya menunjukan karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik underachiever.

Ada beberapa karakeristik yang ditunjukan siswa underachiever, yaitu sebagai berikut:
(1) Menunjukan prestasi yang berlawanan dengan harapan atau potensi yang dimilikinya.

(2) Merasa tidak senang dengan sekolah atau gurunya dan cenderung bergabung dengan teman yang juga memiliki sikap negatif terhadap sekolah.

(3) Kurang termotivasi untuk belajar, tidak mengerjakan tugas, sering mengantuk ketika belajar dan tidak tuntas dalam mengerjakan tugas.

(4) Kurang mampu melakukan penyesuaian intelektual.

(5) Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut di kelas.

(6) Memiliki disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan mengerjakan tugas, sering ribut, dan mudah terpengaruh.

(7) Tidak memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan untuk mengisi waktu luang.

(8) Takut ujian dan berprestasi rendah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria utama dari underachiever yaitu adanya kesenjangan antara prestasi dengan kemampuan IQ. Prestasi belajar yang diperoleh secara nyata berada di bawah standar minimal yang seharusnya dicapai dengan tingkat IQ tertentu.

Selain itu underachiever menunjukan karakter pribadi yang cenderung perfectionis, terlalu sensitif, kurang percaya diri, dan kurang berminat terhadap aktifitas sosial. Underachiever lebih senang melakukan kegiatan sendiri daripada berkelompok. 

Berkaitan dengan kegiatannya di sekolah, underachiever menunjukan sikap negatif terhadap kegiatan sekolah. Kurang konsentrasi ketika belajar, menghindari pekerjaan sekolah, disiplin rendah, dan kurang berminat dengan kegiatan yang diselenggarakan sekolah merupakan beberapa karakteristik underachiever jika dilihat dari sudut pandang sekolah.

MEMOTIVASI ANAK UNTUK BELAJAR

Duh…. Kok anakku susah banget di suruh belajar ya……….padahal nilainya jelek-jelek……..

Mungkin kalimat itu sering  terdengar dari ibu yang mendapati  nilai anaknya jelek tetapi sangat sulit disuruh belajar….SD kelas 1 – kelas 3,  susungguhnya jiwa merekamasih jiwa bermain…. Mereka masih sangat senang bereksplorasi dengan mainannya, masih sangat senang nonton  film lucu,.. namun kita juga tidak bisa menampik bahwa di zaman seperti sekarang ini persaingan sangat ketat… gak bisa eksis… wuih…. Bakalan di libas !!!

Sebagai orang tua tentunya kita ingin anak kita eksis dalam hal apapun … (kalo yang ini mah lebay.com….. jangan ya bunda, ayah….. tiap anak punya kekuatan dan kemampuan masing-masing ).. oke lah kalao begitu… yang penting bagaimana bisa membuat anak menjadi senang belajar dan menjadikan belajar itu menjadi hal yang menyenangkan…..

Tidak sulit kok……
 
1) Tanamkan pengertian pentingnya belajar …..
Tapi ingat bunda, ayah….. ananda kita ini masih kecil, berilah bahasa yang sederhana …..
Bunda dan ayah bisa memakai contoh contoh dari cerita keteladanan  Rasulullah SAW… penggunaan kisah merupakan salah satu konsep dasar pendidikan Islam.. 

Ceritakanlah bagaimana kegigihan Rasulullah SAW dalam belajar…. (duh, saya tidak bisa mendongeng….! Jangan khawatir, sekarang ini banyak buku cerita dan juga CD tentang cerita keteladanan Rasulullah SAW, bunda dan ayah bisa sambil membaca bersama dengan anaNda dan  atau nonton bersama sambil bunda dan ayah menjelaskan apa yang ananda kurang paham), bisa juga dengan cerita lain yang bisa menggugah kesadaran anak… lakukan hal ini sesering bunda dan ayah bisa…. Jika bunda dan ayah sibuk bekerja, usahakan dihari libur dan akhir pecan… luangkan waktu ..

2) Jadilah Model….
Weleh-weleh… model apa nih.? Fashion show? …..  sssssstttt bukan bunda, ayah….. model disini adalah contoh bagi ananda… Siapa lagi kalo bukan bunda dan ayahnya?

Bunda, ayah…. Seharian memang lelah sekali mencari nafkah untuk membeli sejumput berlian dan  liburan berkesan mendatang… tapi, jangan lupakan ananda yang menanti dengan penuh kerinduan dirumah…. Jangan semua di delegasikan kepada si mbak atau si suster….

Usahakan selalu memantau keadaan ananda dirumah, selama di tempat kerja usahakan menjalin komunikasi dengan ananda , tanyakan langsung jangan lewat pengasuh…. Tanyakan apakah ada PR, apakah besok ada tugas. Tanyakan apa yang tadi dipelajaridisekolah, ingatkan selalu tugas dari sekolah…..

Ingatkan untuk selalu belajar… sampai dirumah setelah sejenak istirahat sempatkan untuk melihat tugas yang ada memeriksa kembali yang sudah dikerjakan juga melihat apa yang sedang di bahas di sekolah, jadi meskipun bunda dan ayah sidah menyerahkan proses belajar si kecil di sekolah dan kepada guru privat, bunda dan ayah tetap bisa mendiskusikan dengan ananda, ini akan sangat berarti bagi ananda karena ananda akan merasa bunda dan ayahnya juga belajar..

Buat bunda-bunda yang tidakbekerja…. Sebetulnya sangat menyenangkan dan punya nilai lebih plus plus plus karena bisa memantau ananda sepanjang hari… namun ini justru jadi hal yang buruk buat ananda apabila bunda tidak memberi  contoh . Misalnya :” Ayo sayang cepat belajar ….. siapkan buku-bukunya untuk esok hari …….” (eh si bunda malah sambil nonton sinetron dan FB dan BB an…. Piye tho?) .

Atau “Cepat nak, mosok gitu aja ga ngerti!” (bunda sambil baca tabloid)

Ya ampunnn bun…. Yang begini iniyang menyesatkan ananda…

Pernah suatu ketika saya riset kecil-kecilan. Saya Tanya ke malaikat-malaikat kecil saya di kelas,,,

“Sayang, kalo habis sholat magrib, apa yang kalian lakukan ?”

“makan malam sama mama papa” ……. Bagus, ini mempererat kedekatan org tua dan anak

“belajar lagi … trus shalat isya “ …. Alhamdulillah nak,teruskan….sangat bagus….!

“Nonton sinetron sama bunda !!”  GUBRAAAKKKKKKKKKKK!!!!!! Duh bun…. Jangan dunk! Hentikan!

Sebetulnya masih banyak yang bunda dan ayah bisa lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar ananda.  Tunggu  artikel selanjutnya ya

PRESTASI ANAK CERMIN KEPERDULIAN ORANG TUA

 “ Bu, mohon dibantu anak-anak mengerjakan tugas. Ini sudah beberapa kali Romi tidak menyelesaikan tugas dengan baik”, kata seorang guru.

“ Waduh, bu, saya sibuk, bu. Lagipula saya dulu nggak pernah belajar ini. Dan nggak berbakat ngajar. Entar deh, saya carikan guru private”, jawab seorang Ibu yang tangannya memegang BB dan sebelumnya aktif menebar status di FB nya.

Kebanyakan kasus prestasi rendah pada anak seringkali berawal ketidakperdulian orang tua. Banyak orang tua yang sepenuhnya menyerahkan persoalan pendidikan pada sekolah.

Mereka kemudian tidak menyadari jika anak mereka membutuhkan bimbingan dari orang tuanya dalam banyak hal. Mulai dari pendidikan soal kedisplinan hingga keterampilan-keterampilan sosial. Serta, ketika belajar bersama, terjadi komunikasi yang intens antara anak dengan orang tuanya yang memperkuat ikatan emosional antara anak dengan orang tuanya.

Alasan orang tua untuk tidak mau larut dengan perkembangan anaknya antara lain kesibukan pekerjaan, atau  tidak sanggup mengatasi tingkah laku anak. Cilakanya banyak orang tua yang pada dasarnya tidak mau direpotkan dengan urusan perkembangan anak-anaknya. Alhasil menyerahkan tanggung jawab untuk mendidik anaknya pada pihak lain. 

Padahal anak sangat membutuhkan perhatian orang tua, khususnya, selama  mengalami perkembangan motorik, verbal, numeric terutama hingga anak berumur 4 tahun.

Anak membutuhkan bimbingan orang tua dalam mengekplorasi dunianya, menjawab rasa ingin tahu si anak. Dan banyak lagi kebutuhan anak yang dipastikan bisa mengurangi ketenangan orang tua.  

Oleh sebab itu, jika anak prestasi anak rendah, bisa jadi itu bukan karena anak tidak cerdas. Namun karena orang tua yang  menyebabnya anaknya demikian. Semoga teman-teman pembaca bukan salah satu diantaranya.