JANGAN MENAKUT-NAKUTI ANAK

  
“ Awas, ya , nanti bunda kasih tahu Pak Guru kalau nggak mau bobok !”

“Nanti  mama bilangin  sama bu guru di sekolah kalau sayurnya nggak dimakan”

“Ayo cepetan nanti ada hantu!”

“Nanti ditangkap  Pak  polisi lho kalau nggak mau minum susu !”

Duhai, Pak guru, Bu guru, Hantu, Pak Polisi jangan menakut-nakuti  anak anak donk!

“Lho, lho, lho. Bukan kami yamg menakuti anak-anak. Tapi orang tua anak anak yang membuat kami menjadi menakutkan dimata anak-anak!”  kata Pak Guru, Bu Guru, Hantu dan juga Pak Polisi berbarengan.

Bila kita mampu memahami jenjang pertumbuhan akal anak, akan mudah bagi kita mengetahui kapan  kita harus bicara secara langsung kepadanya dan mengetahui memilih kata yang tepat ketika bicara dengan anak, sesuai pola pikirnya.

Anak juga memiliki batasan tertentu.  Akal dan pikiran masih dalam tahap perkembangannya.  Orang tua hendaknya mampu menyusun kalimat yang mudah dan kata-kata yang sederhana ketika berbicara. Kita juga harus mampu berinteraksi dengan anak yang selaras dengan kemampuan yang dimiliki anak.

Ayah dan bunda, sebaiknya jangan menakut-nakuti dengan tokoh yang ada disekitarnya untuk memerintah anak melakukan sesuatu.  Akan lebih baik jika ayah dan bunda menyampaikan sesuatu kepada Ananda dengan memberikan penjelasan dan alasan yang logis dan yang mudah dipahami otak anak-anaknya. Karena ini bisa mendorong pikiran anak berkembang dengan baik.

Sebaiknya gunakan bahasa-bahasa demikian:

“Yuk bobok sayang, biar nanti bangun tidur sudah segar. Jadi bisa belajar dan bermain bersama teman-teman”

“Ayo dunk sayurnya dimakan biar sehat dan jadi tambah pintar !”

“Yuk jangan terlalu lama biar setelah selesai bisa istirahat”.

“Susunya diminum, sayang…..”

Dengan cara berbicara demikian akan mampu melatih pikiran anak berkembang. Serta tokoh-tokoh seperti Pak Guru, Bu Guru, Hantu dan Pak Polisi tidak lagi menjadi kata pamungkas untuk menakut-nakuti anak. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar